{Part 1} Wakatobi. At Last.




Kata orang bijak, jangan pernah berhenti bermimpi, mimpi yang dengan segenap hati diyakini akan terjadi, sesungguhnya pastilah terjadi. Saya pun mengaminkan kalimat tersebut, jika tidak ada mimpi, pastilah Wakatobi tidak akan pernah saya kunjungi. Bertahun-tahun saya memimpikan Wakatobi, bertahun-tahun itu pula nama Wakatobi terdengar familiar dengan hanya sekedar melihat video nya dari internet atau dengan membaca ceritanya dari artikel-artikel majalah.


Ceceran surga di dunia bernama Wakatobi ini terletak di Propinsi Sulawesi Tenggara, nama Wakatobi sendiri merupakan singkatan dari keempat pulau terbesarnya yaitu Wanci (Wangi-Wangi), Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Wanci (Wangi Wangi) menjadi pintu gerbang surga Wakatobi, namanya boleh pulau tapi penampakkanya lebih seperti kota kecil.
Nama harum wangi Wakatobi tersebar di seluruh dunia karena kekayaan alam bawah laut, letaknya yang berada pada wilayah Coral Triangle atau segitiga terumbu karang, dimana disinilah keragaman hayati bawah laut dapat ditemukan, paling tidak dari 850 jenis koral dan Wakatobi memiliki 750 koleksi nya.





Pesawat baling-baling yang saya tumpangi mendarat mulus di pelataran bandar udara kota Bau Bau, Sulawesi Tenggara, saya memilih kota ini sebagai awal pertualangan saya di Wakatobi, harga tiket yang ditawarkan kala itu tidak memaksa saya merogoh kantong terlalu dalam, toh saya pun belum pernah menginjakkan kaki di kota ini jadi ada alasan untuk mengekplor kota ini, saya menyebutnya dua keuntungan dalam satu aksi.
Bandara Bau Bau itu seperti bangunan rumah, kecil dan segala sesuatunya serba manual, barang-barang bagasi bawaan penumpang didorong dengan gerobak, alat penghitung barang bawaan pun seperti timbangan beras di pasar. Saya tidak perduli asalkan pesawat berangkat dan tiba tepat waktu.




Pilihan lain adalah memilih penerbangan yang menibakan langsung di Wanci, karena Bandar Udara Matohara memiliki beberapa penerbangan yang berasal dari Kendari ataupun Makassar, namun karena pesawat nya terbatas, otomatis harga tiket pun lebih mahal.
Sambil menunggu ransel saya di terminal kedatangan, saya kumpulkan sepintas informasi bagaimana menuju pelabuhan kapal feri cepat yang menghubungkan Bau Bau dengan Pulau Wangi-Wangi, ternyata cukup mudah, dengan modal Rp 50.000 ada supir beserta mobil nya yang bersedia mengantar ke pelabuhan, kalau mau naik ojek, biayanya pasti lebih murah lagi karena sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, tapi panas terik seakan matahari ada 7 di langit membuat saya berpikiran dua kali untuk memilih ojek.





Pelabuhan Bau Bau terlihat tertib, yang tidak punya tiket kapal tidak diperkenankan masuk, ruang tunggu jadi seperti boarding room di Bandara. Dengan adanya kapal cepat KM Cantika Express ini memudahkan para pemimpi Wakatobi untuk mewujudkan mimpi nya, tidak perlu lagi yang namanya menumpang kapal kayu yang diterjang ombak selama 12 jam, dengan kapal cepat cukup 5 jam saja dan menibakan Anda di pulau Wangi Wangi, atau 6 jam untuk bisa tiba di Kaledupa.

Siluet warna oranye kemerahan yang menjadi latar belakang dermaga terkesan sangat dramatis. Inilah matahari terbenam pertama saya di Kepulauan Wakatobi ini.



Surya Tenggelam


Para supir ojek berebut calon penumpang, riuh. Saya berusaha kabur menjauh dari kerumunan penumpang dan supir ojek tersebut, berjalan sendiri menuju sederetan rumah penduduk lokal dan menanyakan apakah ada penginapan di sekitar. Salah satu ibu setengah baya mencoba mengarahkan dimana letak penginapan tersebut, dan saya pun mencoba menganalisa dan mengikuti petunjuknya. 

Dan benar saja, rumah bergaya panggung dengan papan kecil bertuliskan nama penginapan tersebut nampak sepi, tidak ada tamu yang terlihat begitupun pemiliknya, mungkin sedang sholat magrib pikir saya. 
Saya perhatikan lantai dan dindingnya yang bersih terawat, ah syukurlah, semoga tempat ini berjodoh untuk saya tinggali malam ini. 
Ketika sedang mengamati ruangan yang dibiarkan terbuka, saya membaca di papan tulis yang digantung di dinding, nama pemilik penginapan ini beserta no.telepon nya, segera saya hubungi dan suara di seberang telepon yang ternyata adalah anak sang pemilik memerintahkan saya untuk langsung saja masuk dan cari kamar yang terbuka pintunya karena itu tandanya kamar itu kosong. “Kamu yakin, saya boleh masuk begitu saja?” ucap saya tak percaya dengan kepolosannya. “Iya silahkan, nanti setelah sholat magrib, saya menuju kesana” jawabnya. 
Wow, apa mungkin kebiasaan ini terjadi di kota besar?  



Related Post:
1. Being an Islander in The Hoga Island
2. Things to Know About Wakatobi

10 comments:

  1. Walaupun sudah di kunjungi tetapi akan selalu mengisi list tujuan wisata untuk kembali lagi dan lagi..mudah2xan segera ..
    *finger cross* yah Tant :)

    TFS

    ReplyDelete
  2. Bener banget Nath, salah satu destinasi yang ingin didatangi lagi dan lagi :) maybe next time together ? :-)

    ReplyDelete
  3. Menaikkan list ini diurutan atas tahun depan :))

    ReplyDelete
  4. Harus Bobb, udah gampang banget kok kesana nya :)

    ReplyDelete
  5. Matahari ada 7, wakakaka. Langsung ngakak baca ini, sepanas itu kah ?
    Harus mulai atur itinerary Indonesia nih. Udah tua, waktunya jalan2 di negeri sendiri :D

    ReplyDelete
  6. pengeeen!...mbak Feb gimana kalo pas buka kamar hotel ternyata udah ada cewe sexy di dalemnya! * mupeng

    ReplyDelete
  7. Lucu juga ya dipersilakan masuk di kamar yang mungkin "kosong" hehe...
    Baca rincian perjalanan ternyata nggak sesusah yg dibayangkan buat ke Wakatobi... okayyy pecah celengan! :-)

    ReplyDelete
  8. Sunset nya bikin gw lemesssssss ...... keren mampusssss

    ReplyDelete
  9. Debb : Aslik panas benerrrr Deb, tp bisa jadi jg karena gw baru di Indo sekitar 4 harian yah, sebelumnya di rumah lagi parah2nya Winter tuh...hahah jadi berasa panas nya gila bangeth :)


    Ogi : Hahahahaaa asli gw ngetok2 kamar sambil parno, berasa maling banget ga sih masuk rumah orang yg ga ada orangnya, lgs ke kamar pula hahahah


    Cumi : Nah ayo dong ke Wakatobiiiii!!! :)

    Jejakbocahhilang : Udah gampang euy sekarang, sejak ada kapal feri cepat itu jadi lebih mudah explore Wakatobi, walaupun mereka hanya melayani dari Wangi Wangi dan Kaledupa.
    Flight langsung jg udah mulai banyak yg lgs ke Wangi Wangi.

    ReplyDelete
  10. jadi pengen ke Wakatobi nihh..
    padahal, kampung saya di Baubau, tapi belum pernah ke wakatobi.. ngenes..

    ReplyDelete

Friends, Thank you so much for reading + supporting my blog, and for taking the time to leave me a comment.
Your comment support truly means so much to me.
Have a lovely day! xo, Jalan2Liburan

INSTAGRAM FEED

@soratemplates